3 Kendala Kerja Sama Pengembangan Pesawat Tempur KF-21 Boramae
Prototipe KF-21 Boramae |
KOSMONIAL - Menurut laporan terbaru dari Eurasian Times pada tanggal 18 Oktober 2023, Indonesia menghadapi tiga masalah dalam proyek kerja sama pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae.
Laporan tersebut merujuk pada usulan dari Kepala Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan setelah kunjungan ke Indonesia pada tanggal 6 Oktober 2023.
Dia mengatakan bahwa DAPA (Departemen Administrasi Program Akuisisi) telah mengusulkan untuk menghentikan kerja sama dengan Indonesia dalam proyek pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae.
Ketidakpastian Masa Depan Kerja Sama
Hal ini akan menimbulkan ketidakpastian terkait masa depan kerjasama ini. Menurut laporan dari Haninp, Indonesia telah berkontribusi sebesar 20% dalam pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae, namun mereka belum membayar iuran sebesar 991,1 miliar Won yang merupakan bagian dari kewajiban mereka dalam proyek tersebut.
Meskipun Indonesia telah menyatakan keinginan mereka untuk terlibat dalam program pesawat tempur canggih KF-21 Boramae, mereka seringkali gagal memenuhi tenggat waktu pembayaran.
Tiga Kendala Utama
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, pada tanggal 2 Oktober 2023, mengatakan bahwa ada tiga kesulitan utama yang mempengaruhi keberlanjutan program kerja sama pesawat tempur KF-21 (IFX).
Ini mencakup masalah hak kekayaan intelektual, perjanjian, dan hak pemasaran, serta peran Kementerian Keuangan Indonesia dalam pengambilan keputusan terkait pembayaran.
Kekhawatiran dari Pihak Indonesia
Komentar dari Ketua DAPA mengungkapkan bahwa kolaborasi ini akan mempertaruhkan hubungan politik antara Indonesia dan Korea Selatan, dan ini perlu dipertimbangkan secara serius.
Ada kekhawatiran bahwa pengembangan bersama pesawat tempur KF-21, yang diharapkan akan memperkuat kekuatan udara Indonesia, mungkin akan menghadapi kegagalan.
Dampak Pengembangan Pesawat Tempur KF-21 Boramae
Saat ini, Indonesia memiliki 20% saham dalam program pesawat tempur KF-21, dan transfer teknologi dengan Korea memegang sisanya.
Mereka diharapkan untuk membayar sekitar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat atau 20% dari total biaya proyek senilai 6,2 miliar dolar AS, untuk tahap pengembangan teknik dan produksi yang dipantau oleh Korea Aerospace Industries (KAI).
Kesimpulan
Kesulitan dalam perundingan dan kekhawatiran akan kegagalan pengembangan bersama pesawat tempur KF-21 menambah kerumitan situasi ini.
Pengembangan pesawat tempur KF-21 Boramae memiliki dampak besar pada kekuatan udara Indonesia, dan di tengah ketidakpastian ini, masa depan kerjasama ini tetap menjadi pertanyaan besar.
Kesepakatan antara kedua pihak perlu diperbarui dan diselesaikan dengan cermat untuk menjaga hubungan diplomatik dan memastikan kelangsungan proyek ini. (*)
Sumber Referensi: