Satelit SATRIA-1 Mendarat di Orbit Geostasioner, Transformasi Digital dan Akses Internet Merata!

Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) mengubah wajah konektivitas Indonesia! Temukan langkah-langkah menuju operasi penuh dan dampak positifnya.
satelit satria-1 dengan latar belakang langit biru

Kosmonial.ID - Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo) mengumumkan bahwa Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) berhasil menempati orbitnya di 146° Bujur Timur, di atas Pulau Papua.

Sukses Satelit SATRIA-1 Menempati Orbit Geostasioner

Dengan suksesnya Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) menempati orbit geostasioner, pencapaian ini menjadi langkah penting dalam pengembangan teknologi satelit di Indonesia. Berlokasi pada 146° Bujur Timur, tepat di atas Pulau Papua, SATRIA-1 telah berhasil memasuki posisi yang strategis untuk memberikan layanan akses internet di seluruh wilayah Indonesia.

Keberhasilan ini disampaikan oleh Direktur Utama Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo), Fadhilah Mathar. Pada tanggal 31 Oktober 2023, SATRIA-1 memulai perjalanan orbit geostasioner, sebuah pencapaian yang diumumkan dengan penuh syukur.

"Satelit SATRIA-1 kini berada di orbit 146° Bujur Timur, tepat di atas Pulau Papua," ujarnya pada Rabu, 1 November 2023.

Dengan menempati orbit di 146° Bujur Timur, SATRIA-1 menjadi penentu utama dalam meningkatkan konektivitas di seluruh Indonesia. Lokasi ini memungkinkan satelit untuk memberikan layanan dengan efektif di seluruh negeri, termasuk daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel serat optik.

Dirut BAKTI Kominfo, Fadhilah Mathar, menegaskan bahwa keberhasilan menempati orbit geostasioner menjadi landasan untuk langkah-langkah selanjutnya dalam pengembangan proyek SATRIA-1. Ini mencakup percepatan penyediaan remote terminal ground segment di lokasi-lokasi layanan publik, yang nantinya akan terintegrasi dengan space segment SATRIA-1.

Dengan demikian, keberhasilan menempati orbit geostasioner menjadi tonggak bersejarah dalam mewujudkan proyek SATRIA-1 sebagai solusi terdepan untuk meningkatkan konektivitas dan mengatasi kesenjangan akses broadband internet di Indonesia.

BACA JUGA: Melacak Jejak Pesawat Super Tucano TNI AU, Cekcok dengan Brasil hingga Tragedi Lereng Gunung Bromo

Langkah-Langkah Menuju Operasi Penuh

Setelah berhasil menempati orbit geostasioner, proyek Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) berlanjut ke langkah-langkah selanjutnya menuju operasi penuh. Direktur Utama Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo), Fadhilah Mathar, menjelaskan dengan detail tentang tahapan-tahapan yang akan diambil untuk memastikan SATRIA-1 siap beroperasi sepenuhnya.

Langkah pertama setelah menempati orbit geostasioner adalah percepatan penyediaan remote terminal ground segment di lokasi-lokasi layanan publik. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa infrastruktur pendukung di darat siap mengintegrasikan dengan bagian satelit yang berada di orbit.

Fadhilah Mathar menegaskan bahwa lokasi-lokasi yang akan menerima akses internet dari SATRIA-1 telah diterima dan diverifikasi oleh BAKTI Kominfo kepada kementerian atau pemerintah daerah terkait. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa layanan akan mencakup wilayah yang membutuhkan konektivitas tambahan, terutama di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

"Tahap integrasi dan pengujian segmen satelit dan segmen ruas bumi" menjadi langkah berikutnya yang akan dijalani oleh SATRIA-1. Proses ini akan memastikan bahwa semua komponen sistem beroperasi dengan baik sebelum mencapai tahap operasi penuh.

Menurut Fadhilah Mathar, SATRIA-1 akan menjalani tahapan In-Orbit Testing (IOT) pada awal November 2023. Tahap ini menjadi kritis untuk memeriksa performa satelit, khususnya subsistem payload. Dengan demikian, keandalan dan kualitas layanan dapat dipastikan sebelum mencapai tahap operasional penuh.

Proses integrasi dengan sistem ground dan ujicoba end-to-end akan menjadi langkah terakhir sebelum SATRIA-1 siap beroperasi sepenuhnya. Semua segmen, baik di orbit maupun di darat, akan diintegrasikan untuk memastikan bahwa layanan dapat berjalan secara optimal.

Dengan demikian, langkah-langkah menuju operasi penuh SATRIA-1 mencakup persiapan infrastruktur di darat, integrasi komponen satelit, pengujian performa, dan ujicoba menyeluruh. Ini menjadi dasar yang kuat untuk memastikan bahwa SATRIA-1 dapat memberikan layanan akses internet yang handal dan efisien di seluruh wilayah Indonesia.

Tahapan In-Orbit Testing dan Integrasi dengan Sistem Ground

satelit satria-1 di atas planet bumi dengan penampakkan kepulauan indonesia
Kominfo.go.id

Tahapan In-Orbit Testing (IOT) dan integrasi dengan sistem ground menjadi fase krusial dalam perjalanan Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) menuju operasional penuh. Direktur Utama Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo), Fadhilah Mathar, memberikan penjelasan mendalam mengenai proses ini.

In-Orbit Testing (IOT) pada Awal November 2023

Fadhilah Mathar mengungkapkan bahwa SATRIA-1 akan menjalani tahapan In-Orbit Testing (IOT) pada awal November 2023. IOT merupakan langkah kritis yang dilakukan untuk memeriksa performa satelit, terutama pada subsistem payload. Pada tahap ini, semua fungsi dan komponen satelit akan diuji secara menyeluruh untuk memastikan bahwa mereka berfungsi dengan optimal di lingkungan antariksa.

Proses IOT ini melibatkan pengujian berbagai aspek, seperti daya transmisi, penerimaan sinyal, dan keandalan sistem. Hasil dari IOT ini akan menjadi penentu keberhasilan satelit dalam memberikan layanan akses internet nantinya.

BACA JUGA: Deal! Indonesia Akuisisi Kapal Selam Scorpene Evolved, Naval Group Siap Transfer Teknologi

Integrasi dengan Sistem Ground dan Ujicoba End-to-End

Setelah melewati tahap IOT, SATRIA-1 akan melanjutkan proses integrasi dengan sistem ground. Integrasi ini mencakup penggabungan segmen satelit dengan segmen ruas bumi atau infrastruktur di darat. Pentingnya tahap ini adalah untuk memastikan bahwa semua komponen bekerja bersama secara harmonis.

Ujicoba end-to-end menjadi langkah selanjutnya setelah integrasi. Proses ini melibatkan pengujian menyeluruh dari ujung ke ujung sistem, mulai dari perangkat satelit hingga stasiun bumi dan terminal pengguna. Hal ini bertujuan untuk memverifikasi bahwa seluruh ekosistem SATRIA-1 beroperasi dengan sinergi dan efektivitas yang maksimal.

Kesiapan Operasional SATRIA-1

Dengan melewati tahapan IOT, integrasi dengan sistem ground, dan ujicoba end-to-end, SATRIA-1 diharapkan mencapai kesiapan operasional penuh. Semua proses ini bertujuan untuk meminimalkan risiko dan memastikan bahwa satelit ini dapat memberikan layanan akses internet dengan tingkat kehandalan yang tinggi.

Fadhilah Mathar menekankan bahwa tahapan-tahapan ini merupakan bagian integral dari persiapan menuju operasi penuh pada akhir Desember 2023. Dengan demikian, SATRIA-1 diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam meningkatkan konektivitas di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah yang membutuhkan akses internet yang handal dan efisien.

Persiapan Segmen Ruas Bumi

Persiapan segmen ruas bumi menjadi langkah penting dalam memastikan kesiapan operasional Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1). Direktur Utama Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo), Fadhilah Mathar, memberikan insight mengenai tahapan ini yang memiliki dampak signifikan terhadap keseluruhan proyek.

Instalasi Radio Frequency Gateway (RFGW) dan Carrier System Monitoring (CSM)

Dalam konteks persiapan segmen ruas bumi, Fadhilah Mathar menyebutkan bahwa seluruh proses instalasi Radio Frequency Gateway (RFGW) dengan diameter 13 meter dan Carrier System Monitoring (CSM) SATRIA-1 di sebelas gateway atau stasiun pengendali di berbagai lokasi di Indonesia telah berhasil dirampungkan.

Proses instalasi ini termasuk pemasangan perangkat keras yang kritis untuk mendukung komunikasi antara satelit dan stasiun bumi. RFGW berperan sebagai gateway transmisi sinyal, sedangkan CSM bertugas memantau dan mengelola kinerja sistem secara keseluruhan.

Keberhasilan Kegiatan On Site Acceptance Test (OSAT)

Fadhilah Mathar juga mengonfirmasi bahwa kegiatan On Site Acceptance Test (OSAT) untuk perangkat RFGW dan CSM telah berhasil dirampungkan. OSAT adalah proses pengetesan dan pengecekan perangkat secara langsung di lokasi, bertujuan untuk memastikan bahwa perangkat tersebut siap beroperasi sebelum digunakan secara penuh.

Kesuksesan OSAT menandakan bahwa segmen ruas bumi, terutama perangkat RFGW dan CSM, telah melewati uji kelayakan dan memenuhi standar yang ditetapkan. Hal ini memberikan keyakinan bahwa infrastruktur di darat telah dipersiapkan dengan baik untuk mendukung operasional SATRIA-1.

Penyelesaian 11 Stasiun Bumi

Fadhilah Mathar memberikan informasi tambahan bahwa 11 stasiun bumi di berbagai lokasi, seperti Batam, Cikarang, Pontianak, dan lainnya, telah berhasil dirampungkan. Setiap stasiun memiliki peran khusus dalam mendukung komunikasi dan manajemen operasional SATRIA-1.

BACA JUGA: Italia Umumkan Indonesia Pesan 2 Kapal Patroli yang Bisa Dimodifikasi jadi Fregat Kelas Berat!

Keberhasilan penyelesaian stasiun bumi menjadi landasan untuk menyediakan akses internet dari SATRIA-1 ke berbagai titik layanan publik. Masing-masing stasiun memiliki peran strategis dalam memastikan ketersediaan layanan yang handal di seluruh wilayah Indonesia.

Kesiapan Infrastruktur untuk Dukung Operasional SATRIA-1

Dengan penyelesaian instalasi RFGW dan CSM, keberhasilan OSAT, dan rampungnya 11 stasiun bumi, Fadhilah Mathar menegaskan bahwa segmen ruas bumi SATRIA-1 siap untuk mengintegrasikan diri dengan segmen satelit. Ini adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa operasional SATRIA-1 dapat berjalan dengan lancar dan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan konektivitas di Indonesia, terutama di daerah yang membutuhkan akses internet yang andal.

Menyambut Dampak Positif SATRIA-1

Menyambut dampak positif Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) menjadi momen penting dalam menghadirkan perubahan positif di berbagai sektor di Indonesia. Direktur Utama Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo), Fadhilah Mathar, menyoroti potensi dampak positif yang akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia dengan beroperasinya SATRIA-1.

"Beroperasinya SATRIA-1 akan secara bertahap mengurangi kesenjangan akses broadband internet yang disebabkan oleh beragam kondisi geografis dan kondisi masyarakat Indonesia yang cukup menantang," tutup Fadhilah Mathar.

Meningkatkan Konektivitas Layanan Publik dan Pemerintah

Fadhilah Mathar dengan tegas menyatakan bahwa hadirnya SATRIA-1 akan membawa dampak positif signifikan terutama dalam meningkatkan konektivitas layanan publik dan pemerintah. Titik-titik layanan publik, termasuk sarana pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan, akan segera terkoneksi dengan lebih baik.

Fokus pada Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T)

Dirut BAKTI Kominfo menekankan bahwa SATRIA-1 tidak hanya menyasar wilayah yang sudah terkoneksi dengan baik, tetapi juga memfokuskan layanannya pada daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Dengan demikian, daerah-daerah yang sebelumnya mungkin mengalami keterbatasan akses internet akan mendapatkan manfaat nyata dari kehadiran SATRIA-1.

Mengurangi Kesenjangan Akses Broadband Internet

Selain itu, Fadhilah Mathar menyebutkan bahwa SATRIA-1 akan secara bertahap mengurangi kesenjangan akses broadband internet di Indonesia. Berbagai kondisi geografis dan sosial yang menantang tidak lagi menjadi hambatan besar dalam penyediaan jaringan terestrial. Dengan kata lain, SATRIA-1 diharapkan dapat menghadirkan akses internet yang lebih merata di seluruh penjuru negeri.

Akses Internet Cepat untuk Titik Layanan Publik

Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan SATRIA-1 mulai melayani kebutuhan akses internet cepat untuk titik layanan publik pada awal tahun 2024. Sri Sanggrama Aradea, Kepala Divisi Satelit BAKTI Kominfo, menjelaskan bahwa rencananya SATRIA-1 dapat melayani antara 20 ribu hingga 30 ribu titik layanan publik pada tahap awal. Ini menciptakan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan di berbagai sektor.

Kontribusi SATRIA-1 untuk Pengembangan Infrastruktur Digital

Dengan beroperasinya SATRIA-1, diharapkan kontribusinya dalam pengembangan infrastruktur digital Indonesia semakin terasa. Fadhilah Mathar menyampaikan bahwa SATRIA-1 bukan hanya sebuah satelit, melainkan solusi terdepan untuk memenuhi kebutuhan konektivitas di era digital saat ini.

Sebagai kesimpulan, menyambut dampak positif SATRIA-1 berarti membuka pintu bagi kemajuan di berbagai lapisan masyarakat. Konektivitas yang lebih baik, ketersediaan akses internet cepat, dan peningkatan layanan publik menjadi pilar utama dalam mewujudkan Indonesia yang lebih terkoneksi dan maju secara digital.

BACA JUGA: 10 Penemuan Militer Aneh yang Hampir Digunakan, Nyaris Mengubah Sejarah!

Target Operasional SATRIA-1 pada Awal Tahun 2024

Kominfo.go.id

Target operasional Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) pada awal tahun 2024 menjadi fokus utama bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kepala Divisi Satelit Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo dan Juru Bicara (Jubir) BAKTI untuk SATRIA, Sri Sanggrama Aradea, memberikan gambaran rinci mengenai upaya dan rencana yang telah ditetapkan untuk mencapai target tersebut.

Mulai Melayani Kebutuhan Akses Internet Cepat

Sri Sanggrama Aradea menegaskan bahwa operasional SATRIA-1 akan dimulai setelah satelit itu berhasil menempati orbit dan stasiun penerima bumi selesai dibangun serta siap beroperasi. Rencananya, SATRIA-1 akan melayani kebutuhan akses internet cepat untuk titik layanan publik pada awal tahun 2024.

Kapasitas Layanan pada Tahap Awal

Dengan tingkat kecepatan awal mencapai 10 Gigabit per detik (10Gbps), SATRIA-1 direncanakan dapat melayani antara 20 ribu hingga 30 ribu titik layanan publik pada tahap awal. Hal ini menandakan kontribusi signifikan dalam meningkatkan ketersediaan akses internet di berbagai sektor, seperti pendidikan, pemerintahan, dan kesehatan.

"Rencananya, pada awal tahun 2024, SATRIA-1 akan mulai beroperasi dengan kapasitas awal 10Gbps, melayani antara 20 ribu hingga 30 ribu titik layanan publik," jelasnya.

Fase Peluncuran dan Persiapan Pasca-Peluncuran

Sri Sanggrama Aradea menyampaikan bahwa setelah peluncuran SATRIA-1, akan ada beberapa fase yang harus dilalui sebelum satelit siap beroperasi sepenuhnya. Salah satunya adalah penyediaan segmen stasiun bumi dan terminal untuk akses internet satelit di titik layanan publik setelah peluncuran.

Skema Penyediaan Akses Internet

"Setelah SATRIA-1 menempati orbit 146 Bujur Timur, kami rencanakan bisa men-deploy stasiun penerima bumi dan Very Small Aperture Terminal (VSAT) agar akses internet dari SATRIA-1 bisa digunakan masyarakat," ungkapnya.

Penyesuaian dengan Kebutuhan Masyarakat

Menurut rencana, BAKTI Kominfo akan menyediakan akses untuk 50 ribu titik pelayanan publik pada tahap awal. Selanjutnya, jumlah tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan skema ini, pemerintah menunjukkan komitmen untuk terus meningkatkan dan menyesuaikan layanan sesuai dengan kebutuhan dinamis masyarakat.

Peran PT Satelit Nusantara Tiga (SNT)

Heru Dwikartono, Deputi Koordinator Proyek PT Satelit Nusantara Tiga (SNT), menambahkan bahwa proyek SATRIA-1 diharapkan menjadi fasilitas layanan akses internet cepat untuk titik pelayanan publik pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan. SNT memainkan peran kunci dalam mendukung keberhasilan proyek ini, memastikan bahwa infrastruktur dan layanan yang disediakan sesuai dengan standar tinggi.

Berkelanjutan hingga 15 Tahun

Dalam pandangan Sri Sanggrama Aradea, proyek SATRIA-1 bukan hanya sebuah inisiatif sementara. Dengan siklus hidup satelit ini mencapai 15 tahun, pemerintah berencana untuk menjadikan proyek ini berkelanjutan. Setiap keberhasilan dan pengalaman dari operasional SATRIA-1 akan menjadi landasan untuk pengembangan berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan konektivitas masyarakat Indonesia.

Tahapan Setelah Peluncuran SATRIA-1

Tahapan setelah peluncuran Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) mencakup serangkaian langkah penting yang harus dilalui untuk memastikan keberhasilan operasional satelit tersebut. Sri Sanggrama Aradea, Kepala Divisi Satelit Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo, memberikan gambaran mengenai tahapan-tahapan tersebut.

"Kami berencana untuk mendeploy stasiun penerima bumi dan Very Small Aperture Terminal (VSAT) setelah SATRIA-1 menempati orbit 146 Bujur Timur. Hal ini akan memungkinkan masyarakat menggunakan akses internet dari SATRIA-1," tambah Sri Sanggrama Aradea.

BACA JUGA: Bom Nuklir Gravitasi B61-13: Senjata Baru Amerika Serikat untuk Menangkal Ancaman Nuklir

Penempatan di Orbit 146 Bujur Timur

Setelah peluncuran, SATRIA-1 akan menjalani proses penempatan di orbit 146 Bujur Timur. Penempatan orbit ini menjadi langkah krusial karena akan menentukan posisi satelit yang strategis di atas Pulau Papua. Proses ini melibatkan serangkaian perhitungan dan kontrol untuk memastikan satelit berada pada lintasan yang tepat dan siap untuk operasional lebih lanjut.

Pengembangan Segmen Stasiun Bumi dan Terminal

Sesuai rencana, setelah penempatan orbit, pihak terkait akan melakukan pengembangan segmen stasiun bumi dan terminal. Ini melibatkan pendirian stasiun penerima bumi dan Very Small Aperture Terminal (VSAT) di berbagai titik layanan publik. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan akses internet dari SATRIA-1 dapat digunakan secara efektif oleh masyarakat.

Deployment Stasiun Penerima Bumi dan VSAT

"Setelah SATRIA-1 menempati orbit 146 Bujur Timur, kami rencanakan bisa men-deploy stasiun penerima bumi dan Very Small Aperture Terminal (VSAT) agar akses internet dari SATRIA-1 bisa digunakan masyarakat," ungkap Sri Sanggrama Aradea. Deployment ini melibatkan instalasi perangkat keras dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung komunikasi antara satelit dan pengguna di darat.

Uji Kelayakan dan Kesiapan Operasional

Sebelum dapat beroperasi sepenuhnya, SATRIA-1 akan menjalani serangkaian uji kelayakan dan pemeriksaan kesiapan operasional. Termasuk di dalamnya adalah uji transmisi sinyal, penerimaan sinyal di stasiun bumi, dan pengecekan fungsi keseluruhan sistem. Proses ini krusial untuk memastikan bahwa semua komponen berfungsi dengan optimal dan siap untuk memberikan layanan akses internet cepat.

Penyesuaian dengan Kebutuhan Masyarakat

Pada tahap awal, BAKTI Kominfo berencana menyediakan akses untuk 50 ribu titik pelayanan publik. Selanjutnya, jumlah tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dinamis masyarakat. Adapun PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) berperan penting dalam memastikan penyesuaian ini berjalan lancar dan sesuai dengan standar tinggi.

Kontribusi SATRIA-1 untuk Pengembangan Infrastruktur Digital

Secara keseluruhan, tahapan setelah peluncuran SATRIA-1 mencerminkan komitmen pemerintah untuk menjadikan proyek ini sebagai solusi berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan konektivitas masyarakat Indonesia. Dengan dukungan infrastruktur yang kuat dan pengembangan yang berkelanjutan, diharapkan SATRIA-1 akan memberikan kontribusi signifikan untuk pengembangan infrastruktur digital di seluruh negeri.

Fasilitas Layanan Akses Internet Cepat

Fasilitas layanan akses internet cepat yang dihadirkan oleh Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) menjadi kunci penting dalam memberikan solusi konektivitas yang efisien dan cepat bagi masyarakat Indonesia. Berikut adalah gambaran lebih rinci mengenai fasilitas tersebut:

1. Layanan Direct to Home (DTH)

SATRIA-1 dirancang sebagai Broadband Satellite untuk memberikan layanan akses internet cepat melalui konsep Direct to Home (DTH). Dengan pendekatan ini, layanan internet dapat langsung diterima di lokasi kantor pelayanan publik tanpa perlu melalui perantara yang kompleks. Hal ini sangat bermanfaat, terutama untuk lokasi remote seperti kantor pemerintahan dan sekolah di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

2. Stasiun Bumi atau Gateway

Operasional SATRIA-1 didukung oleh satu stasiun bumi atau Gateway di berbagai lokasi strategis, seperti Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura. Gateway Cikarang, sebagai lokasi Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer dan Network Operation Control, menjadi pusat utama dalam mengelola dan mengontrol operasional satelit.

3. Very Small Aperture Terminal (VSAT)

Fasilitas layanan ini melibatkan penggunaan Very Small Aperture Terminal (VSAT) yang berfungsi sebagai antena parabola kecil untuk komunikasi satelit. Penggunaan VSAT memungkinkan akses internet yang mudah diakses dan lebih cepat, terutama di lokasi-lokasi yang sulit dijangkau oleh jaringan terestrial konvensional. Pemasangan VSAT ini menjadi bagian integral dari strategi untuk menyediakan akses internet yang luas dan merata.

4. Kapasitas dan Kecepatan

SATRIA-1 memiliki kapasitas sebesar 150 Gbps yang dapat digunakan untuk menyediakan akses internet di 150.000 titik layanan publik. Dengan total kapasitas transmisi sebesar 150 Gbps, setiap titik layanan akan mendapatkan akses dengan kecepatan hingga 1 Mbps. Kecepatan yang tinggi ini akan memastikan bahwa layanan internet dapat dinikmati dengan lancar dan efisien.

"Dengan kapasitas sebesar 150 Gbps, SATRIA-1 dapat melayani akses internet di 150.000 titik layanan publik dengan kecepatan hingga 1 Mbps per titik layanan," ungkapnya.

5. Mengatasi Hambatan Geografis

Melalui transmisi lewat udara, SATRIA-1 dapat mencakup wilayah yang sangat luas, dari Sabang hingga Merauke, dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Cakupan layanan yang luas ini memungkinkan mengatasi hambatan geografis seperti daratan, gunung, bukit, lembah, dan ngarai. Dengan demikian, fasilitas ini memberikan solusi efektif untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel serat optik atau Base Tranceiver Station (BTS) konvensional.

Melalui fasilitas layanan akses internet cepat ini, SATRIA-1 diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan konektivitas dan akses internet di seluruh Indonesia.

Solusi untuk Kesenjangan Akses Broadband Internet

Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) dihadirkan sebagai solusi untuk mengatasi kesenjangan akses broadband internet di seluruh wilayah Indonesia. Inisiatif ini diluncurkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai respons terhadap tantangan konektivitas yang dihadapi khususnya di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) serta wilayah perbatasan. Berikut adalah cara SATRIA-1 berperan sebagai solusi:

1. Meningkatkan Konektivitas di Daerah 3T

SATRIA-1 diharapkan dapat meningkatkan konektivitas di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Lokasi-lokasi sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel serat optik atau Base Tranceiver Station (BTS) konvensional akan mendapatkan manfaat signifikan dari akses internet cepat yang disediakan oleh satelit ini.

2. Menjangkau Daerah Terluar dan Perbatasan

Kondisi geografis Indonesia yang menantang, terutama di daerah terluar dan perbatasan, seringkali membuat penyediaan akses internet menjadi sulit. SATRIA-1, dengan cakupan layanan yang luas, dapat menjangkau wilayah-wilayah tersebut, mengatasi hambatan geografis dan memberikan akses internet yang andal.

3. Mendukung Sarana Pendidikan

Salah satu fokus utama SATRIA-1 adalah memberikan dukungan kepada sarana pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan akses internet cepat, sekolah-sekolah di daerah terpencil dan tertinggal dapat memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini termasuk pemanfaatan sumber belajar online dan pelatihan jarak jauh.

4. Penguatan Layanan Pemerintah Daerah

SATRIA-1 juga diharapkan dapat memperkuat layanan pemerintah daerah dengan memberikan akses internet yang stabil. Ini akan mendukung administrasi publik, pertahanan, keamanan, dan fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Penguatan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan pemerintah.

5. Mengurangi Kesenjangan Akses Broadband

Kesenjangan akses broadband internet di Indonesia, yang disebabkan oleh kondisi geografis dan kondisi masyarakat yang beragam, menjadi tantangan utama. Dengan beroperasinya SATRIA-1, diharapkan akan terjadi pengurangan kesenjangan tersebut. Layanan internet cepat yang merata di seluruh negeri akan menciptakan akses yang setara bagi masyarakat, tanpa memandang lokasi atau kondisi geografis.

Melalui solusi ini, SATRIA-1 diharapkan dapat menjadi pionir dalam mengatasi tantangan konektivitas dan kesenjangan akses broadband internet di Indonesia, membawa manfaat positif bagi masyarakat di berbagai daerah.

Kesimpulan

Dengan keberhasilan Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) menempati orbit geostasioner dan langkah-langkah menuju operasi penuh yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan penting:

Peningkatan Konektivitas Nasional:

SATRIA-1 menjadi tonggak penting dalam meningkatkan konektivitas nasional, terutama di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), serta wilayah perbatasan yang sebelumnya sulit dijangkau oleh infrastruktur konvensional.

Dampak Positif pada Layanan Publik:

Beroperasinya SATRIA-1 diharapkan membawa dampak positif pada layanan publik, seperti sarana pendidikan, pemerintahan daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Koneksi internet cepat akan meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan ini.

Pengurangan Kesenjangan Akses Internet:

Satelit ini diharapkan dapat berkontribusi besar dalam mengurangi kesenjangan akses broadband internet di Indonesia. Dengan memberikan akses yang merata di seluruh negeri, SATRIA-1 membawa manfaat setara bagi masyarakat, tanpa memandang lokasi atau kondisi geografis.

Dukungan Terhadap Pendidikan dan Pemerintahan:

SATRIA-1 menjadi solusi yang mendukung pengembangan sarana pendidikan dan pemerintahan daerah. Akses internet cepat akan memungkinkan pemanfaatan teknologi digital di sekolah-sekolah terpencil dan memperkuat layanan pemerintah di berbagai wilayah.

Kontribusi Terhadap Infrastruktur Digital:

Tahapan setelah peluncuran dan fasilitas layanan akses internet cepat menjadikan SATRIA-1 sebagai kontributor utama dalam pengembangan infrastruktur digital Indonesia. Proyek ini bukan hanya solusi konektivitas saat ini tetapi juga sebagai fondasi untuk masa depan digital yang lebih maju.

Target Operasional pada Awal 2024:

Dengan target operasional pada awal tahun 2024, SATRIA-1 diharapkan segera menyediakan akses internet cepat untuk ribuan titik layanan publik. Inisiatif ini mendukung transformasi digital di berbagai sektor di Indonesia.

Melalui langkah-langkah progresif dan komprehensif, SATRIA-1 menjadi harapan besar untuk membawa perubahan positif dalam konektivitas dan akses internet di Indonesia, menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan dan kemajuan di era digital.

Pertanyaan Umum - FAQs

Q1: Apa yang dimaksud dengan SATRIA-1?

A1: SATRIA-1 adalah satelit Republik Indonesia yang dirancang sebagai Broadband Satellite untuk memberikan layanan akses internet cepat, khususnya untuk titik layanan publik di seluruh Indonesia.

Q2: Kapan SATRIA-1 diharapkan beroperasi?

A2: Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan SATRIA-1 mulai melayani kebutuhan akses internet cepat untuk titik layanan publik pada awal tahun 2024.

Q3: Apa saja tahapan operasional SATRIA-1 setelah menempati orbit?

A3: Setelah menempati orbit, SATRIA-1 akan menjalani tahapan In-Orbit Testing (IOT) pada awal November 2023 untuk memeriksa performa satelit, diikuti oleh integrasi dengan sistem ground dan ujicoba end-to-end.

Q4: Bagaimana cara kerja SATRIA-1 dalam menyediakan akses internet cepat?

A4: SATRIA-1 menggunakan perangkat Very Small Aperture Terminal (VSAT) di stasiun bumi gateway, seperti Cikarang, Batam, Banjarmasin, dan lainnya, untuk menyediakan akses internet langsung ke lokasi kantor pelayanan publik.

Q5: Berapa kapasitas transmisi SATRIA-1 dan berapa jumlah titik layanan publik yang dapat dilayani?

A5: SATRIA-1 memiliki kapasitas sebesar 150 Gbps, yang dapat digunakan untuk menyediakan akses internet di 150.000 titik layanan publik, dengan kecepatan hingga 1 Mbps untuk setiap titik layanan. (*)

Hai, saya Rangga Putra, seorang jurnalis yang menyukai sastra, olahraga, dan analisis mendalam tentang berbagai isu sosial, geopolitik, militer dan pertahanan. Journalist | Blogger | Content Writer | CEO & Founder Kosmonial.ID